Gamalama, Gunung yang terletak
di Ternate, Maluku ini merupakan gunung api yang masih aktif.. Saat itu, saya
beserta teman-teman Mahasiswa Arsitektur Indonesia berencana menapaki kaki kami
di puncaknya. Malam hari sebelum keberangkatan, saya beserta 1 orang anak
palembang, 4 orang anak Bandung, 1 orang anak makassar, beberapa anak ternate dan juga sebagian
anggota Mapala Unkhair melakukan brieffing untuk persiapan mendaki besok hari.
Banyak yang disampaikan, karena mengingat gunung Gamalama saat itu sedang dalam
keadaan Siaga,, ya, dalam keadaan siaga kami tetap nekad untuk tetap mendaki.
Disamping status gunung, Gamalama juga masih kental dengan unsur mistis. Banyak
sekali pantangan-pantangan ataupun aturan yang harus dilaksanakan. Seperti
harus memakai baju berwarna putih saat di pos 3 menuju puncak, saat turun,
tidak boleh memakai sesuatu berwarna merah, wanita yang sedang halangan di
anjurkan untuk tidak mendaki, bagi orang yang baru pertama kali menapaki
kakinya di gunung ini, harus memetik satu saja daun disana dan harus selalu di
simpan selama berada di wilayah gunung. tidak boleh buang air kecil ataupun
besar di tanah ini, makanya harus selalu sedia botol (kebayang gak kalo cewe gimana
susahnya _ _” cowo sih gampang,, hhahaha,, #eh, dan masih banyak lagi
pantangan-pantangan lainnya.
Esok harinya, kami bergegas
untuk keberangkatan, pada pukul 06.00 WITA kami telah siap untuk berangkat,
tetapi, ada kendala yang cukup serius yang menghambat keberangkatan kami. malam
tadi turun hujan dipastikan jalur gunung sangat licin dan berbahaya. Pagi itu
pun cuaca sangat mendung dan sedikit gerimis, panorama gunung yang kami lihat
dari kejauhan sangat gelap dan tertutup awan hitam juga kabut yang sangat
tebal. Banyak yang menyarankan untuk mengurungkan niat kami untuk mendakinya
hari ini karena taruhannya nyawa. Akhirnya kami menunggu agak siang untuk
berangkat berharap keadaan sudah cukup aman. Pada pukul 08.00 WITA akhirnya
rombongan sepakat untuk melanjutkan, tetapi dengan kesepakatan, di saat keadaan
tidak memungkinkan
, kami harus kembali dan tidak melanjutkan pendakian.
Dari Asrama haji Ternate kami
berangkat menggunakan angkutan umum menuju terminal, kemudian disambung dengan
angkutan umum menuju kaki gunung Gamalama. Sebelum mendaki, kami cek
perlengkapan sekali lagi di pos jaga. lalu berdoa bersama untuk keselamatan
selama pendakian. Udara disini sangat dingin, menurut kami, ini adalah
satu-satunya tempat yang dingin di Kota Ternate, hhaa.. karena selama hampir 2
minggu di kota ini, tidak pernah merasakan hawa sedingin ini.
Setelah siap, kami pun mulai
menapaki selangkah demi selangkah. setelah 15 menit perjalanan, kami dihalangi
oleh penjaga dan harus melapor. Di pos ini, kami diharuskan membawa semacam
sesajen untuk nanti di puncak. karena memang sudah peraturannya, maka kami
menurut saja. Perjalananpun berlanjut, jalur yang kami lalui ini awalnya hanya
seperti jalan setapak luas yang tidak terlalu menanjak, tetapi setelah beberapa
menit kemudian, mulailah kami merasa kepayahan, jalur yang tadinya adem ayem,
sekarang mulai menanjak 45-60 derajat, setelah melewati pos 2, perjalanan mulai
sulit, kami terkadang harus memanfaatkan akar-akar pohon untuk menjadi pegangan
kami untuk menanjak, ini bukan mendaki lagi namanya, tapi memanjat. hhaha,,
Tinggi gunung hanya 1715 mdpl tetapi karena jalur yang dilalui tidak mudah, kami memerlukan
waktu 7 jam lebih untuk mencapai puncak. tetapi kesulitan yang kami hadapi
terbayar dengan melihat pemandangan dari sana. Pulau dan Gunung Tidore di
sebrang pulau sangat terlihat indah, biasanya dalam mendaki gunung, yang saya
lihat hanya perkotaan dan hutan-hutan saja, tetapi baru kali ini saya melihat
pemandangan di atas gunung dengan banyak variasi, gunung, hutan, lautan luas di
sekitar pulau pokoknya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata, Subhanallah,
ciptaan tuhan yang sangat indah terlihat jelas dari sini. Padahal kami belum
mencapai puncak, tetapi pemandangan yang di suguhkan sangat-sangat memukau.
Kami berhenti sejenak di beberapa titik untuk sekedar beristirahat ataupun
berfoto. Setelah itu kamipun meneruskan perjalanan. Belokan terakhir menuju
puncak, ada ritual yang harus dilakukan, yaitu mengumandangkan adzan oleh
seorang saja dari rombongan. Setelah adzan selesai,kami melanjutkan perjalanan
ke puncak sekitar 15 menit dari tempat tadi. Jalur menuju puncak disini sangat
berbeda, kami seakan dituntun oleh semak ataupun ilalang yang tumbuh seperti
tirai yang membentuk gua. setelah melewati ilalang, kami disuguhkan dengan
hamparan Batu hitam bekas letusan yang ukurannya beragam, ada yang sangat besar
dan ada yang kecil.. Tibalah kami di puncak Gunung Gamalama,, Alhamdulillah..
Udara di sini melebihi dinginnya
kaki gunung, disertai angin kabut yang sangat kencang membuat pakaian dan
rambut kami menjadi basah. Tetapi sayang, dikarenakan cuacanya sedang tidak
cerah, maka kawah dan pemandangan puncak terhalang kabut yang lumayan tebal..
Sedikit kecewa, tetapi, dapat menuju puncak saja sudah suatu kesenangan
tersendiri. Di samping kawah, ada beberapa makam kramat yang di tandai dengan
patok bambu berkain putih, kami dilarang untuk mendekatinya kecuali penjiarah.
Sementara kami berfoto-foto,
Anggota Mapala Unkhair mendirikan Tenda yang bentuk dan caranya baru saya
lihat, karena angin disini sangat kencang, maka tidak bisa memakai tenda yang
biasa, harus memakai terpal. Mereka terlebih dulu menyusun bebatuan besar untuk
di jadikan semacam ruangan seperti benteng, lalu atasnya ditutupi terpal yang
kemudian ditahan lagi dengan batu, maklum lokasi puncak bukan tanah seperti
gunung pada umumnya, tetapi hamparan bebatuan hitam yang banyaknya besar-besar.
setelah shelter sudah jadi, kami lalu masuk dan mulai beristirahat, dari mulai
membuat air panas, memakan cemilan-cemilan, dan sekedar berbincang-bincang
dengan logat dari masing-masing daerahnya. Disana kamipun semakin akrab.
Setelah puas berfoto dan
beristirahat, kami mulai packing kembali untuk persiapan turun. mengingat hari
sudah menuju malam, kami tidak lagi membuang-buang waktu, lagi-lagi ada
kendala, yang membawa Senter hanya beberapa orang saja, sedangkan hari sudah
gelap, maka sebagian dari kami memanfaatkan Handphone kami untuk menjadi
penerang. Lagi- lagi karena persiapan yang tidak matang, saya memakai sepatu
yang licin sehingga saat turun, berkali-kali jatuh terpeleset. Untungnya ada
teman saya dan Anggota Mapala Unkhair menjaga saya agar tidak jatuh terus saat
turun. Track yang kami lalui benar-benar menurun dan gelap gulita, juga licin
karena hujan kemarin.
Diperjalanan turun, kami
mengalami beberapa kejadian mistis, beberapa orang melihat ada semacam
pemukiman yang ramainya seperti pasar, tapi setelah dilihat kembali tidak ada
apapun, saya kira hanya saya saja yang melihat, tapi saya tidak berani
mengatakannya, lalu ada teman saya yang melihat juga dan langsung
mengatakannya. ada sekitar 4 orang yang melihat pemukiman itu. Tidak mengambil
pusing, kami melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan, kami di ganggu lagi,
kali ini kami di buat bingung dengan jalan, sehingga terus kembali ke tempat
semula, seperti terus-terusan berputar. Akhirnya, kami berdoa dan bisa lolos
dari sana, kamipun melanjutkan perjalanan. Malam semakin larut, tapi kami masih
belum sampai di bawah.
Setelah sekitar 5 jam lebih,
kamipun akhirnya tiba di bawah, di pos jaga tempat awal kami memulai. disana
kami menunggu mobil jemputan, waktu telah menunjukan pukul 01.00 WITA. kamipun
kembali ke asrama dan beristirahat untuk persiapan menjamahi tanah timur
lainnya ini.
Pengalaman Mendaki gunung
Gamalama ini sangat-sangat berkesan, kenekadan kami terbayar dan dapat tiba
dengan selamat. Menapaki kaki di Puncak gunung Tanah Maluku ini merupakan
sebuah kebanggaan tersendiri,, Semoga saya dapat kembali ke sana dengan
pengalaman yang lebih menakjubkan.. Sekitar sebulan setelah pendakian kami itu,
Gamalama mengeluarkan isi perutnya, beruntung, tidak saat kami sedang ada disana,, hhehe,, Next Trip Gunung
Tidore, Maluku.Semoga... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya...Semoga menginspirasi.. :)